A. Pengertian Identitas Nasional
Istilah
identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini
akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula hal ini juga
sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara
historis. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana
dijelaskan maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan kita sebagai bangsa di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah pancasila sebagaimana tercermin dalam
penataan kehidupan kita dalam arti yang luas.
Jika
kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah
bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada dasarnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak
atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.[1]
“Nasional” berasal dari bahasa
Inggris “national” yang dapat diartikan sebagai “warga negara” atau
“kebangsaan”. Identitas nasional berasal dari kata “national identity” yang dapat
diartikan sebagai “kepribadian nasional” atau jati diri nasional. Kepribadian
nasional atau jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu
bangsa. Kepribadian atau jati diri bangsa Indonesia akan berbeda dengan
kepribadian atau jati diri bangsa Australia, bangsa Amerika, dan lain-lain.
Kepribadian atau jati diri nasional itu kita adopsi dari nilai-nilai budaya dan
nilai-nilai agama yang kita yakini kebenarannya. Jika ada orang yang mengatakan
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab, bangsa yang berbudaya,
bangsa yang beretika , maka itulah yang katakan kepribadian atau jatidiri
bangsa Indonesia. Identitas nasional itu terbentuk karena kita merasa bahwa
kita sebagai bangsa Indonesia mengalami pengalaman bersama, sejarah yang sama,
dan pendeitaan yang sama.
Pengertian kepribadian suatu
identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai
individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu
manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki
suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan
manusia tersebut dengan manusia yang lainnya. Namun demikian pada umumnya
pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan
atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang
mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan,
sikap, sifat-sifat, serta karakter yang berbeda pada seseorang sehingga
seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu
kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam
hubungan dengan manusia lain.
Menurut Koento Wibisono (2005)
pengertian identitas nasional pada hakekatnya adalah manifestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan
ciri-ciri khas dan dengan khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain
dalam kehidupannya.[2]
B. Faktor-faktor yang Mendukung Kelahiran Identitas Nasional
Kelahiran
identitas nasional suatu bangsa memilki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran
identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional
bangsa Indonesia meliputi:
(1) faktor objektif, yaitu meliputi factor
geografis, ekologis, dan demografis
(2) faktor subjektif, yaitu factor historis,
sosial, politik, dan kebudayaan yang dimilki bangsa Indonesia.
Robert de Ventos[3]
mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai
hasil interaksi historis antara empat factor penting, yaitu factor primer,
faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor reaktif.
Faktor pertama,
mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Bagi
bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama,
wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda
dengan kekhasan masing-masing.
Faktor kedua,
meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata
modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan bernegara. Dalam hubungan ini
bagu suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan
negara dan bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang dinamis.
Faktor ketiga,
meliputi kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan
pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah
merupakan bahasa persatauan dan kesatuan nasional sehingga bahasa Indonesia
dipilih sebagai bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia.
Faktor keempat,
meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui
memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad
dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat
melalui memori kolektif rakyat Indonesia.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia
sebagai berikut
1.Adanya
persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang selama 350 tahun
2. Adanya
keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari belenggu penjajahan
3. Adanya kesatuan
tempat tinggal,yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai
Merauke
4. Adaya cita-cita,
tujuan dan visi bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu
bangsa
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Bangsa
Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang menujufase nasionalisme modern,
diletakanlah
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup
berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari
filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan
Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan
keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi,
filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim
atau penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup panjang. Sejarah
budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional. Menurut sumber lain :
Disebutkan bahwa : kegagalan dalam
menjalankan dan medistribusikan output berbagai agenda pembangunan nasional
secara lebih adil akan berdampak negatif pada persatuan dan kesatuan
bangsa. Pada titik inilah semangat Nasionalisme akan menjadi salah
satu elemen utama dalam memperkuat eksistensi Negara/Bangsa. Study Robert I
Rotberg secara eksplisit mengidentifikasikan salah satu karakteristik penting
Negara gagal (failed states) adalah ketidakmampuan negara mengelola identitas
Negara yang tercermin dalam semangat nasionalisme dalam menyelesaikan berbagai
persoalan nasionalnya.
Ketidakmampuan ini dapat memicu
intra dan interstatewar secara hampir bersamaan. Penataan, pengelolaan, bahkan
pengembangan nasionalisme dalam identitas nasional, dengan demikian akan
menjadi prasyarat utama bagi upaya menciptakan sebuah Negara kuat (strong
state). Fenomena globalisasi dengan berbagai macam aspeknya seakan telah
meluluhkan batas-batas tradisional antarnegara, menghapus jarak fisik antar
negara bahkan nasionalisme sebuah negara. Alhasil, konflik komunal menjadi
fenomena umum yang terjadi diberbagai belahan dunia, khususnya negara-negara
berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda Indonesia.
Dalam ulang
tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada pentingnya menghidupkan
kembali identitas nasional secara nyata dan operatif. Identitas nasional
kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional.
Konsensus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
Revitalisasi
Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan
cita-cita atau nilai-nilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi
menjadi slogan sehingga seolah tampak nyata dan personalistik. Slogan seperti
"Membela Pancasila Sampai Mati" atau "Dengan Pancasila Kita
Tegakkan Keadilan" menjadikan Pancasila seolah dikepung ancaman dramatis
atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrumen tujuan. Akibatnya,
kekecewaan bisa mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak menjadi pantulan
realitas kehidupan masyarakat.
Karena itu,
Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara
otomatis akan tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita-
cita, seperti kehidupan rakyat yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan
bertahap. Dengan demikian, kita lebih leluasa untuk merencanakan aneka tindakan
guna mencapai cita-cita itu.
Selain perlunya
penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang dilakukan
untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski
dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti
menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan
adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu
Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang
harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya,
ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat
dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila.
Mengenai Saya
Arsip Blog
Diberdayakan oleh Blogger.
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-memasang-gambar-animasi-lucu-di.html#sthash.AVdlx4AU.dpuf