Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.
Demokrasi menjadi
pilihan
bangsa Indonesia sejak awal berdirinya. Berbagai model demokrasi pernah
diterapkan di Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
1.
Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
A. Pelaksanaan demokrasi pada masa demokrasi liberal (1950 - 1959)
Sistem ini dikenal pula dengan sebutan demokrasi liberal.
Konstitusi yang
digunakan
pada masa demokrasi liberal adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
1950.
Pada masa demokrasi liberal, terjadi beberapa kali pergantian kabinet.
Akibatnya,
pembangunan
tidak berjalan lancar. Setiap partai hanya memperhatikan kepentingan partai
atau
golongannya.
Masa demokrasi liberal ditandai dengan berubahnya sistem kabinet
ke sistem parlementer. Pada masa tersebut, presiden hanya sebagai simbol.
Presiden berperan sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala pemerintahan.
Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana menteri.
Ciri-ciri sistem pemerintahan liberal:
1. Kekuasaan legislatif lebih kuat dari pada kekuatan
ekspekutif
2. Meteri-menteri (kabinet) harus mempertanggungjawabkan
tindakan kepada DPR
3. Program kebijaksanaan kabinet harus disesuaikan dengan
tujuan politik sebagian anggota parlemen.
Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki pada masa pelaksanaan
demokrasi parlemen, yaitu:
1) Berkembangnya partai politik pada masa tersebut. Pada masa ini,
terlaksana pemilihan umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota
konstituante. Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu multipartai. Melalui
pelaksanaan pemilu, berarti negara telah menjamin hak politik warga negara.
2) Tingginya akuntabilitas politik.
3) Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif.
Adapun kegagalan pelaksanaan demokrasi liberal adalah:
1) Dominannya kepentingan partai politik dan golongan sehingga
menyebabkan konstituante
2) digunakan sebagai ajang konflik kepentingan.
3) Kegagalan konstituante menetapkan dasar negara yang baru.
4) Masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Akibatnya,
masyarakat tidak tertarik untuk memahami proses politik.
Kegagalan
sistem parlementer dibuktikan dengan kegagalan parlemen menyusun
konstitusi negara.
Sidang konstituante mampu memenuhi harapan bangsa Indonesia. Hingga akhirnya,
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:
a)
menetapkan pembubarkan konstituante,
b)
menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan
tidak berlakunya UUDS 1950,
c)
pembentukan MPRS dan DPAS.
B. Pelaksanaan pada masa demokrasi terpimpin (1959 - 1965)
Masa ini dikenal dengan istilah Orde Lama. Pada masa demokrasi
terpimpin, pelaksanaan demokrasi dipimpin langsung oleh Presiden Sukarno. Dasar
dari penerapan demokrasi terpimpin adalah sila keempat Pancasila. Presiden
menafsirkan bahwa kata dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan , berarti pimpinan terletak di tangan “Pemimpin
Besar Revolusi”.
Ciri umum demokrasi terpimpin antara lain:
1) dominasi seorang pemimpin atau presiden,
2) terbatasnya peran partai politik,
3) berkembangnya pengaruh komunis atau PKI.
Terdapat beberapa penyimpangan konstitusi dalam pelaksanaan
demokrasi terpimpin, di antaranya:
a. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden,
b. Pancasila tidak ditafsirkan secara bulat dan utuh, akan tetapi
secara terpisah,
c.
Pengangkatan presiden seumur
hidup,
d. Rangkap jabatan yang dilakukan presiden,
e. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu tahun 1955.
f. Konsep Pancasila berubah menjadi konsep Nasakom (nasionalisme,
agama, dan komunis),
g. Terjadinya pergeseran makna demokrasi, karena tidak terjadi
pembagian kekuasaan,
h. Kecenderungan pemerintah ke arah blok komunis.
i.
Manipol USDEK (Manifesto
Politik, Undang-Undang Dasar, Sosialisme Indonesia, Ekonomi Terpimpin,
Kepribadian Indonesia) dijadikan GBHN tahun 1960. USDEK dibuat oleh Presiden,
sedangkan GBHN seharusnya dibuat oleh MPR.
Besarnya
kekuasaan Presiden dalam Pelaksanaan demokrasi terpimpin tampak dengan:
a. Pengangkatan
Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil
ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI
yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
b. Pidato
presiden yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada tanggal 17 Agustus
1959 yang dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)
ditetapkan sebagai GBHN atas usul DPA yang bersidang tanggal 23-25 September
1959.
c. Inti
Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih
dikenal dengan MANIPOL USDEK.
d. Pengangkatan
Ir. Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti sebagai presiden
seumur hidup.
e. Pidato
presiden yang berjudul ”Berdiri di atas Kaki Sendiri” sebagai pedoman revolusi
dan politik luar negeri.
f. Presiden
berusaha menciptakan kondisi persaingan di antara angkatan, persaingan di
antara TNI dengan Parpol.
g. Presiden
mengambil alih pemimpin tertinggi Angkatan Bersenjata dengan di bentuk Komandan
Operasi Tertinggi (KOTI).
Pada masa demokrasi terpimpin terjadi pemberontakan
PKI, tepatnya pada 30 september 1965. yang bertujuan untuk mengambil alih
kekuasaan. Pemberontakan ini tentunya mengacaukan stabilitas politik. Sehingga
banyak bermunculan tuntutan untuk membubarkan PKI, khususnya dari pihak
mahasiswa. Tuntutan itu dikenal dengan TRITURA (tiga tuntutan rakyat),
yaitu sebagai berikut.
1. Bubarkan PKI.
2. Bersihkan
kabinet dari unsur-unsur PKI.
3. Turunkan harga.
2.
Pelaksanaan demokrasi pada masa
orde baru (1966 - 1998)
Berakhirnya pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi bersamaan
dengan berakhirnya
Orde
Lama. Orde berganti dengan Orde Baru. Masa pemerintahan baru ini berlangsung di
bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Segala macam penyimpangan yang terjadi di
masa Orde Lama dibenahi oleh Orde Baru.
Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia
untuk hidup dengan harapan. Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan
secara bertahap. Tahapan
pembangunan
yang dikenal dengan sebutan Pelita (pembangunan lima tahun) dilaksanakan
menyeluruh
di wilayah Indonesia.
Pelaksanaan pembangunan meliputi ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Sebagai bentuk pelaksanaan
demokrasi, pemerintah melaksanakan pemilihan umum setiap 5 tahun sekali.
Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota DPR/MPR. Pemerintah Orde Baru
berhasil menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997.
Ciri-ciri
pemerintahan pada masa orde baru :
1. Lebih berasal dari "instruksi" pusat
2. Amat meningkatkan stabilitas keamanan dalam negeri
3. Sedapat mungkin melindungi para pejabat yg terlibat
dalam suatu masalah
4. Banyak memberi subsidi di sektor migas dan yg mengusai
hajat hidup orang banyak
5. Berani berhutang kepada pihak luar negeri
6. Pembangunan direncanakan dalam tahapan PELITA &
REPELITA
Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru juga terjadi berbagai
penyimpangan, antaralain:
a. Terjadi sentralistik kekuasaan yang menjurus pada otoriter.
b. Sentralisasi kekuasaan mengakibatkan pelaksanaan pembangunan tidak
merata.
c. Merebaknya praktik-praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)
dalam pemerintahan.
d. Terjadi monopoli di bidang perekonomian oleh kelompok tertentu
yang dekat dengan kekuasaan.
e. Tidak adanya pembatasan jabatan presiden.
Adapun beberapa
penyebab kegagalan masa orde baru antara lain sebagai berikut :
1. Hancurnya ekonomi nasional dengan adanya
krisis ekonomi yang tak dapat di tanggulangi.
2. Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung
oerde baru.
3. Terjadinya krisis politik dan runtuhnya
legitimasi politik.
3.
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998 - sekarang)
Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa
reformasi. Orde
Baru
berakhir pada saat Presiden Suharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden
B.J. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Pergantian masa juga mengubah pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi
dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Masa reformasi berusaha
membangun kembali kehidupan yang demokratis dengan mengeluarkan peraturan
undangan, antara lain:
a. Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi.
b. Ketetapan Nomor VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang
Referendum.
c. Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bebas dari KKN
d. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa
Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV Sebagai
bentuk pelaksanaan demokrasi, pada masa reformasi dilaksanakan Pemilihan Umum
1999. Pelaksanaan Pemilu 1999 merupakan salah satu amanat reformasi yang harus dilaksanakan.
Sebagai upaya perbaikan pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa
langkah yang dilaksanakan, yaitu:
a. banyaknya partai politik peserta pemilu,
b. pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung,
c. pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR,
MPR, dan DPD.
d. pelaksanaan pemilu berdasarkan asas luber dan jurdil,
e. pemilihan kepala daerah secara langsung,
f. kebebasan penyampaian aspirasi lebih terbuka.
Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila Pada Masa Orde
Reformasi:
Ø Mengutamakan
musyawarah mufakat
Ø Mengutamakan
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
Ø Tidak memaksakan
kehendak pada orang lain
Ø Selalu
diliputi oleh semangat kekeluargaan
Ø Adanya rasa
tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan hasil musyawarah
Ø Dilakukan
dengan akal sehat dan sesuai dengan hati yang luhur
Ø Keputusan
dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan
Ø Penegakan
kedaulatan rakyat dengan memperdayakan pengawasan sebagai lembaga negara,
lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat
Ø Pembagian
secara tegas wewenang kekuasaan lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
Ø Penghormatan
kepada beragam asas, ciri, aspirasi dan program parpol yang memiliki partai
Ø Adanya
kebebasan mendirikan partai sebagai aplikasi dari pelaksanaan hak asasi
manusia.
Setelah diadakannya amandemen, UUD 1945 mengalami
perubahan.TEKNIK PEMBUATAN MINIATUR TAMAN
Miniatur taman, udah pernah dengar tentang hal ini? Miniatur taman bukanlah hal yang istimewa lagi di telinga kita. Tapi, ada yang tau bagaimana cara membuatnya? Nah, kali ini saya akan berbagi cara pembuatan miniatur taman. Langsung aja yuk !!
1.
Sebelum membuat miniatur taman, hal yang perlu
dilakukan adalah memutuskan apakah taman tersebut akan Anda letakkan di luar
atau dalam ruangan. Hal ini sangat berpengaruh pada jenis tanaman yang akan
Anda gunakan, mengingat setiap tanaman memiliki karakteristik yang berbeda.
DI DALAM ?
ATAU
DI LUAR ?
2.
Sebagian tanaman membutuhkan penyinaran sinar
matahari langsung sedangkan sebagian lainnya umumnya hanya berkembang dalam
lingkungan yang ternaungi dan teduh. Berdasarkan karakternya tanaman ada yang
cocok diletakan di luar ruangan namun ada juga yang subur diletakan dalam
ruangan. Namun yang perlu diingat semua tanaman harus berukuran kecil.
TUMBUHAN YANG BUTUH SINAR MATAHARI LANGSUNG ?
ATAU
TIDAK ?
3.
Selain itu Anda juga perlu memilih tempat atau
material apa yang akan digunakan untuk meletakan tanaman Anda. Kebanyakan orang
biasanya memnafaatkan benda-benda sekitar seperti drum-drum air yang sudah tak
terpakai, baskom dan kaleng, meski beberapa ada yang sengaja mendesain khusus material untuk dijadikan
sebagai pot. Tapi, pastinya jangan ragu untuk berkreasi memanfaatkan benda sekeliling
sehingga menghasilkan pot dengan konsep unik dan berbeda.
TEMPAT MANA YANG AKAN ANDA GUNAKAN ?
4.
Dalam tahap penanaman, tanamlah dengan hati-hati
karena tanaman ini bersifat kecil dan keras, pastikan setiap tanaman memiliki
ruang yang cukup untuk pertumbuhan akar layaknya tanaman berukuran normal. Karena
dikonsep melalui lahan yang kecil dan sempit, maka Anda harus rajin memangkas
daun tanaman yang terlihat membesar. Karena jika tidak, miniature akan terlihat
berantakan. Lalu perhatikan pula apakah lahan tempat Anda membuat miniature
taman cukup untuk tumbuhnya akar tanaman secara optimal. Seperti pot, baskom,
kaleng bekas, hingga bathtub yang tak terpakai bisa dimanfaatkan sebagai wadah
miniature garden. Pastikan agar tanaman data cukup tumbuh agar akar tanaman
dapat bekerja optimal. Akibat jika tanaman tersebut tak dapat tumbuh dengan
baik bisa disebabkan sempitnya lahan dan tentu tanaman bisa cepat layu dan
mati.
MANA LAHAN YANG TEPAT ?
5.
Dalam proses finishing Anda bisa menambahkan
aksesoris agar miniatur taman tampak serupa asli, Anda bisa mengaplikasikan
bangku atau tempat duduk kecil, peralatan, kerikil kecil, jalan setapak mini
dan patung kecil juga bisa melengkapi ruang hijau mini yang Anda miliki.
AKSESORIS APA YANG COCOK ?
6.
karena biasanya miniatur taman ini terletak di
dalam ruangan, otomatis tidak bisa mengandalkan air hujan untuk penyiramannya.
Maka, jika ingin miniatur taman tetap terawat dan sehat, juga harus rajin
menyiram tanaman. Pastikan agar tanaman tidak membusuk karena kelebihan air.
Jadi siramlah tanaman menggunakan botol semprot untuk hasil terbaik.
SIRAM TANAMAN !!
Nah, gimana? Mudah bukan? Mungkin kalau di awal mencoba agak
susah, tapi setelah di jalani seru juga. Okey, selamat mencoba membuat miniatur
taman. Kalau sudah berhasil membuat miniatur taman share ya fotonya di
komentar. Ganbatte!!
All About My Dream
Sejak
aku masuk Sekolah Dasar, aku sudah memiliki sebuah cita-cita. Cita-cita yang
pertama kali aku miliki adalah menjadi seorang guru. Aku tidak tahu menjadi seorang
guru adalah keinginanku sendiri atau karena melihat figur kedua orang tuaku
yang menjadi seorang guru. Aku masih ingat ketika guruku menanyakan mengenai
cita-cita untuk yang pertama kalinya.
“Sekarang
ibu mau bertanya, apa cita-cita kalian satu persatu!” seru Bu Yuli kepada murid
yang sedang duduk dengan rapi di bangkunya masing-masing.
“Ayo
mulai dari kamu!” Bu Yuli menunjuk ke arah Lia yang duduk di depan deretan
pertama.
“Jadi
dokter, bu!”
“Jadi
Polwan, bu!”
“Jadi
TNI, bu!”
Semua
anak menjawab dengan gembira dan bersemangat. Tetapi aku masih belum tahu apa
yang menjadi cita-citaku. Sebuah profesi yang aku inginkan ketika aku besar
nanti. Tiba giliranku untuk menjawab pertanyaan Bu Yuli.
“Ayo
Vita, apa cita-citamu?” tanya Bu Yuli lagi ketika aku terdiam untuk berfikir.
“Ehm,
jadi guru bu!” Entah dari mana aku bisa mengatakan jika aku ingin menjadi
seorang guru, namun ku pikir itu tidaklah buruk.
“Guru
ya? Ternyata anakku ada juga yang punya cita-cita menjadi guru.” Ucap Bu Yuli
sambil terseyum kecil.
“Ayo
Febri, apa cita-citamu?” Bu Yuli bertanya lagi pada anak yang lain.
“Jadi
Pramugari, bu!”
“Guru ya? Ternyata anakku ada juga
yang punya cita-cita menjadi guru.”.
Kata-kata Bu Yuli itu terus terngiang di telingaku. Dan itu meyakinkanku untuk
memiliki sebuah cita-cita yang sama dengan profesi kedua orang tuaku.
Waktu
terus berjalan, aku masih bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Aku terus
memikirkan bagaimana aku bisa menjadi seorang guru sedangkan aku tak yakin
karena aku bukanlah orang yang mampu bergaul dengan baik.
Suasana
di dalam rumah begitu sepi karena semua keluargaku tidak ada di rumah. Ayah dan
Ibuku bekerja, sedangkan kakakku sekolah. Tinggal aku yang ada di rumah karena
saat itu ada rapat guru dan sekolah di liburkan sehari.
Tak
ada yang bisa aku kerjakan selain menonton TV. Menonton sinema yang menjadi
favoritku dan keluargaku. Awalnya aku tidak begitu peduli dengan jalan ceritanya,
ya karena jalan cerita sinema Indonesia sangat mudah di tebak. Tetapi entah
mengapa sinema itu cukup menarik perhatianku. Sinema itu bercerita tentang
seseorang yang mengabdikan diri untuk menjadi seorang guru untuk anak jalanan.
Sinema
itu menjadikan hatiku bergetar dan ingin sekali menjadi seperti itu. Karena
sinema itu, aku mempunyai keinginan untuk membangun sebuah sekolah untuk anak
jalanan yang mana mereka tidak di pungut biaya sedikitpun baik gedung, SPP,
seragam,ataupun buku. Yang mana di Indonesia masih banyak anak yang putus
sekolah karena kemiskinan.
Tapi
darimana aku bisa dapat biaya untuk membangun sekolah itu? Pertanyaan itu mulai
berputar di kepalaku. Apa cukup hanya menjadi seorang guru dapat membangun sebuah
sekolah lengkap dengan fasilitasnya? Mungkin jika menjadi seorang dosen itu
semua dapat terwujud. Lagipula jika menjadi dosen tidak perlu banyak
menjelaskan seperti halnya menjadi guru. Sudah ku putuskan, aku ingin menjadi
seorang dosen bukan lagi menjadi seorang guru agar keinginanku untuk membangun
sekolah itu dapat terwujud.
“Kamu
ingin menjadi dosen jurusan apa?” tanya Ibuku saat aku bercerita ingin menjadi
seorang dosen.
“Gak
tau.” Jawabku singkat. Aku tidak pernah tau jika untuk menjadi dosen harus
memikirkan harus menjadi dosen jurusan tertentu.
“Oh,
lebih baik kamu menjadi dosen jurusan matematika. Karena matematika itu di
butuhkan di masyarakat!”
Aku
hanya mengangguk pelan.
Apa
iya aku bisa menjadi seorang dosen jurusan matematika? Sedangkan kemampuanku
menghitung tak begitu bagus. Aku hanya bisa mengerjakan soal-soal yang baru di
terangkan, namun setelah beberapa tahun semuanya hilang. Atau lebih tepatnya
kemampuan mengingatku buruk. Mungkin aku akan memikirkan lagi tentang menjadi
dosen untuk jurusan apa.
Saat
aku menginjak kelas 8, di adakan sebuah tes untuk mengukur IQ dan mengetahui
minat siswa. IQ ku tak buruk karena ternyata aku masuk ke dalam kategori yang
cukup tinggi. Dan untuk minatku, tertulis jika minat tertinggiku jatuh pada
menyelesaikan problem orang atau singkatnya seperti psikologi.
Benar
juga, aku memang suka sekali jika diminta mendengarkan masalah yang dimiliki
teman-temanku. Apa lebih baik aku menjadi dosen untuk jurusan Psikologi? Lagi
pula menjadi psikologi itu bukanlah hal yang buruk.
“Vit,
ini ada edaran untuk menjadi agen pulsa!” seru ayahku ketika aku sedang mengerjakan
tugas PKN yang semua mengenai Undang-Undang, membuat kepalaku pusing. “Kamu
mau? Jadi tabunganmu jangan di simpan tapi di buat modal ini.” Ayahku memanglah
seorang guru, tetapi ayahku sangat berbakat dalam bidang bisnis.
“Oh
iya, mau yah!” Jawabku singkat sambil terus mengerjakan tugas.
Ayahku
benar-benar mendaftarkanku untuk menjadi agen pulsa. Katanya, jika uang
tabunganku di masukkan dalam celengan itu tidak akan menambah jumlahnya. Kalau
di jadikan modal seperti ini kita bisa mendapatkan untung atau singkatnya uang
yang kita miliki bisa bertambah.
Pertama
kali menjadi agen pulsa, aku hanya menjual kepada keluargaku saja karena aku
tidak berani menawarkan kepada teman-temanku. Tetapi semua berubah ketika
temanku meminta tolong untuk membelikan pulsa karena jarak rumahnya yang jauh
dari counter pulsa.
“Oh,
aku jualan pulsa kok!” seruku ketika Aida berhenti berbicara.
“Lho
kamu jualan ta, Vit?” tanyanya dengan nada yang cukup senang. “Yaudah aku beli
ya 5000 di nomorku.”
Aku
mengangguk pasti.
“Vit,
kamu jualan pulsa ta?” tanya Fatus teman sebangkuku saat Aida pergi menjauh.
“Iya.”
“Kenapa
gak ngomong dari dulu, tau gitu kan aku beli pulsa aja di kamu.”
Aku
hanya tersenyum kecut.
Sejak
saat itu teman-temanku tahu jika aku jualan pulsa dan beberapa dari mereka ada
yang membeli pulsa kepadaku. Waktu pun terus berjalan hingga aku duduk di kelas
11. Aku tetap ingin membangun sebuah sekolah untuk anak jalanan dan tetap
berjualan pulsa.
Tetapi
ada hal yang mengganjal cita-citaku. Saat aku membaca sebuah artikel di
internet mengenai jurusan perguruan tinggi yang agak sulit untuk mendapatan
pekerjaan, jurusan psikologi masuk ke dalamnya. Memang itu belum pasti, tetapi
entah mengapa artikel itu sedikit membuatku ragu.
Bagaimana
jika benar, jurusan psikologi sulit untuk mendapatkan pekerjaan? Aku harus
memikirkan ulang mengenai cita-citaku. Lagi-lagi aku pusing dengan pekerjaan
yang cocok agar aku bisa membangun sekolah untuk anak jalanan itu.
Hari
ini adalah hari Sabtu, dimana hari yang biasa aku gunakan untuk menghilangkan
penat dari pelajaran yang aku cerna dari hari Senin hingga Jumat. Aku menonton
sebuah film Thailand yang di perankan oleh Pachara Chirathivat, aktor Thailand
yang mulai terkenal dari film pertamanya Suckseed. Film kali ini berjudul “Top
Secret The Billionaire”. Dan itu adalah kisah nyata dari seorang pengusaha
muda.
Film
itu bercerita tentang TOP, seorang pengusaha muda yang sukses berbisnis saat
usianya baru 19 tahun. Perjalanannya tak mudah, mulai dari di tipu orang hingga
penyitaan rumahnya. Namun karena sifat pantang menyerahnya, dia mampu sukses
dan makanan ringannya pun terjual hingga ke mancanegara termasuk Indonesia.
Film
itu sungguh menginspirasiku. Mungkin jika aku menjadi seorang pengusaha, aku
bisa menjadi mewujudkan impianku membangun sekolah untuk anak jalanan. Iya, aku
yakin itu. Tapi, aku harus memulai dari bisnis apa? Lagi dan lagi, hal itu yang
selalu menjadi pengahalang besar impianku.
“Permisi”
ucap tetanggaku sambil membawa semangkuk pangsit yang terlihat menggiurkan,
Tante Widi.
Aku
segera keluar dan mendatangi Tante Widi.
“Ini
pangsit yang akan di jual nanti, silahkan di coba.” Tante Widi memberikan
mangkuk yang dibawanya.
“Oh
iya, tante. Terima kasih.” Aku mengambil mangkuk itu. “Gratis kan, tante?”
“Iya
gratis kok, tapi kalau mau nambah beli ya!” Jawab Tante Widi sambil tersenyum
kecil kemudian berjalan menjauh dariku menuuju rumah tetanggaku yang lain.
Belum
ada satu bulan, warung Tante Widi cukup ramai dan bisa di bilang usahanya cukup
sukses untuk seseorang yang baru memulai bisnisnya. Apa mungkin jika membuka
warung makan, aku bisa memperoleh banyak keuntungan? Mungkin saja, lagipula
banyak orang yang akan membutuhkan makanan dan minuman.
Sudah
aku putuskan jika aku akan membuka usaha warung makan. Mungkin bukan warung
makan biasa. Aku akan membuka sebuah cafe. Cafe yang sukses hingga membuka
cabang di seluruh Indonesia dan juga mancanegara. Lagipula banyak pengangguran
di Indonesia yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Tapi, darimana aku
mendapatkan modal untuk usahaku itu?
Oh
iya, aku sekarang masih menjadi agen pulsa. Mungkin keuntungan yang aku dapat
bisa di tabung dan di jadikan modal usahaku itu. Tapi apakah cukup hanya dengan
berjualan pulsa? Aku harus memikirkan ulang mengenai ini.
“Tukang
parkir itu gak bisa di anggap remeh. Masa iya penghasilannya melebihi gaji
guru.” Kata ibuku tak habis pikir.
“Iya
bu, sekarang saja parkir 2000.” Sahut masku yang sedang memandangi laptopnya. “Nah
kalau yang parkir ada 100, kan lumayan sudah dapat 200.000. Itu baru sehari.”
“Lha
iya, kalau di hitung-hitung ya sekitar 6.000.000 per bulan.” Ucap ibuku sambil
berjalan menjauh ke arah dapur. “Iya kalau yang parkir hanya 100, kalau lebih?”
Aku
hanya terdiam mendengar pembicaraan ibuku dan masku.
Aku
masih tak habis pikir, tukang parkir saja bisa menghasilkan uang 6.000.000 per
bulan. Aku salut dengan mereka. Apa iya aku harus membuka lahan parkir juga
agar dapat membuka cafe dan membangun sebuah sekolah untuk anak jalanan? Tapi
itu bisa di pikirkan.
Penghasilan
tukang parkir satu hari saja sudah lumayan banyak. Mungkin aku akan membuka
lahan parkir di tempat strategis. Apalagi sekarang anak sekolah tidak boleh
membawa kendaraan yang membutuhkan SIM dan bisa saja mereka parkir di luar
sekolah. Itu membuat keuntungan yang lebih bagi tukang parkir.
Tapi,
biarlah waktu berjalan dulu. Mungkin aku harus memikirkan pelajaran-pelajaran
yang harus aku cerna terlebih dahulu. Baru jika aku lulus SMA nanti, aku akan
kembali memikirkan cara untuk membangun sebuah cafe dan sebuah sekolah untuk
anak jalanan. Dan aku yakin aku bisa mewujudkan cita-citaku itu.
The
End.
Apakah
cerita ini berakhir? Tidak, cita-citaku
belum terwujud. Dan aku harus berhasil mewujudkan cita-citaku itu. Aku harus
bisa menjadi orang yang berguna di dunia ini. Ya, aku pasti bisa. Tapi untuk
sekarang, mungkin hanya ini yang bisa aku ceritakan.
Mengenai Saya
Arsip Blog
Diberdayakan oleh Blogger.
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-memasang-gambar-animasi-lucu-di.html#sthash.AVdlx4AU.dpuf