Would you be my boyfriend? Part 1
Komet duduk melamun di sebuah meja berbentuk lingkaran yang terletak di kantin. Kantin yang tidak
terlalu luas namun terlihat rapi dan indah. Setiap bel istirahat berbunyi
kantin itu selalu di penuhi oleh murid yang sekolah di Zeal Art School. Dan
kali ini, bel istirahat telah berbunyi.
“Komet, kamu
kenapa?” Tanya Shasya sambil menyenggol badan sahabatnya itu.
Komet hanya terdiam dan meletakkan
kepalanya tepat di atas meja. Pandangannya kosong menatap pohon tinggi arah jam satu.
”Apa ada sesuatu yang terjadi padamu ?” tanya Shasya
begitu perhatian.
Tapi Komet tetap pada pandangan kosongnya.
Komet adalah salah seorang siswa yang
bersekolah di Zeal Art School. Tempat semua anak yang memiliki bakat seni. Komet masuk menjadi salah satu
murid di Teater
class bagian membuat cerita. Dia terbilang masih amatir, bakat yang di
milikinya belum keluar sepenuhnya. Oleh karena itu, dia masuk dalam kelas B.
Sedangkan Shasya adalah sahabat Komet sejak SMP yang selalu setia menemaninya
setiap saat. Dia bersekolah di
Zeal Art School jurusan Song Class bagian penyanyi solo. Dia terbilang sudah
cukup mahir, bahkan dia sudah di rencanakan debut tahun ini padahal dia barulah
anak kelas satu. Dia di masukkan dalam kelas A+ yang hanya dapat di isi oleh
anak-anak yang memiliki bakat istimewa dalam bidangnya. Meskipun begitu,
Shasya tetap setia menemani Komet.
“Meteor…” teriak beberapa gadis saat
melihat cowok yang baru memasuki kantin itu.
Cowok yang di panggil dengan nama Meteor itu, berjalan
mendekat ke arah kantin sembari memberikan senyum kecil di wajahnya. Rambutnya
yang bergaya cepak membuat wajahnya terlihat keren. Apalagi lesung pipi yang di
milikinya, sungguh mematikan.
“Meteoooorrrr….” Terikan mereka semakin
histeris
saat Meteor melihatkan lesung pipinya.
Meteor
hanya menebarkan senyuman yang mematikan itu pada para gadis yang mengelu-elukan namanya. Meteor berhenti sesaat, melihat isi kantin yang
nampaknya sudah penuh. Pandangannya berhenti peda meja Komet dan Shasya. Meteor tersenyum kecil
penuh arti dan segera menuju bangku Komet dan Shasya.
Meteor adalah seorang penyanyi yang sangat
terkenal sampai ke internasional. Dia masuk ke Zeal Art School karena di mendapat janji manis
dari Kepala Sekolah
Zeal Art School. Dia bersekolah di sini tak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun
justru
sebaliknya, sekolah
yang memberi dia uang. Dia satu kelas dengan Shasya.
“Excuse me girl, can I sit in here with
you?”
tanya Meteor dengan nada ramah sambil tetap mempertahankan senyumannya.
“Yes, you can. I am very happy, if you want
to sit in here.”sahut Shasya sekedar basa-basi sembari membalas senyuman Meteor.
Sebenarnya Meteor mengerti bahasa
Indonesia. Karena orang tuanya tinggal dan semua kerabatnya tinggal di
Indonesia. Dia juga fasih mengucapkan bahasa Indonesia. Tapi dia sering
menggunakan bahasa Inggris agar dia tidak kesulitan jika berbicara dengan
fansnya di luar negeri.
Sekarang, karena Meteor duduk satu meja dengan Komet dan Shasya, meja mereka menjadi pusat perhatian para gadis
yang mengidolakan Meteor. Sungguh risih saat makan di lihat banyak orang, tapi
tidak ada meja kosong lagi untuk di tempati.
“Who is she?”Tanya Meteor sambil menatap tajam Komet.
“She is my best friend, Komet..” Sahut
Shasya sambil menyenggol kaki Komet yang sedang asyik dengan pandangannya itu dengan kakinya.
“Ssstttzzz…sssstttzzz… Komet” bisik Shasya
berusaha menyadarkan Komet sambil
terus menyenggol kaki Komet.
“Sepertinya dia sedang asyik dengan pandangannya …”
Shasya membalas dengan senyum paksaan.
Meteor pun beranjak dari kursinya dan berdiri dengan kedua
lututnya tepat di samping Komet.
“Hei, cute girl…” bisik Meteor tepat di telinnga
Komet.
Sikap Meteor yang begitu pada Komet, jelas membuat
idolanya menggigit jari menyaksikan kejadian itu. Shasya pun khawatir dengan
Komet yang mendapat perlakuan seperti itu dari Meteor. Namun, Komet tetap asyik
dalam lamunannya.
****
Dalam Lamunan
Komet…
Komet terus berjalan menyusuri tempat yang
sedikit asing baginya. Entah bagaimana dia bisa berada di tempat ini. Bahkan di
sini tak ada seorang pun. Yang ada hanyalah pepohonan dan burung-burung yang beterbangan
di langit yang berwarana kelabu.
Tapi setelah cukup lama berjalan, tiba-tiba
terlihat sebuah cahaya yang berjalan mendekatinya. Semakin lama semakin jelas,
dan semakin jelas. Tampak seorang pemuda dengan menunggangi kuda berwarna putih
berjalan mendekat. Setelah cukup dekat dengan Komet, dia pun turun dari kuda
itu.
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini,
nona?”
tanya pemuda itu sambil mencium telapak tangan Komet.
“A..aku tak tahu.”
Pemuda itu hanya menebarkan senyum yang
cukup mematikan pada
Komet.
“Kamu siapa?” tanya Komet bingung.
Lagi-lagi pemuda itu hanya tersenyum.
Pemuda itu kembali menunggangi kudanya dan
pergi meninggalkan Komet seorang diri.
“Hei,
tunggu…” teriak Komet sambil berlari kecil mengejar pemuda itu.
Pemuda itu pun pergi semakin jauh dan
menghilang dalam kabut merah jambu.
Komet terjatuh dan kelelahan karena mengejar pemuda itu.
****
“AAAUUHH…”teriak Komet sambil memegangi
kepalanya.
Tiba-tiba dari arah belakang tampak sebuah
bola basket menimpuk kepala Komet. Dan menyadarkan Komet dari lamunannnya. Karena
teriakkan Komet yang cukup keras semua orang yang berada di kantin melihat ke
arahnya.
“Komet, apa kamu tak apa?”Tanya Shasya
memastikan dengan sedikit khawatir.
“Are you okey, girl?” Tanya Meteor yang
berdiri di sampingnya.
Komet menoleh kearah Meteor dengan wajah terkejut.
“Mengapa kamu pergi begitu saja?” Tanya
Komet spontan ketika melihat Meteor. Tapi karena sangat keras benturannya,
kepala Komet menjadi pusing dan penglihatannya mulai kabur. Semakin lama
semakin kabur dan menjadi gelap. Dan Komet jatuh ke badan Meteor.
“Apa dia baik-baik saja?” Tanya seorang
cowok yang tak sengaja melempar bola basket kearah Komet sehingga mengenai
kepalanya. Ardan.
Meteor tak peduli dengan perkataan Ardan dan berusaha
meletakkan tubuh Komet di punggungnya.
“Biar aku saja yang
menggendongnya.” Kata Ardan
menawarkan diri.
“Tidak, biar aku saja.” Senggah Meteor sembari menatap tajam
cowok itu.
“Apa kamu bisa, Meteor ?” tanya Shasya cemas.
Meteor hanya tersenyum kecil.
Meteor segera menggendong Komet ke UKS. Sedangkan
Shasya dan cowok yang melempar bola tadi mengikutinya dari belakang. Dengan penuh arti
Meteor menggendong Komet yang tidak sadar itu.
“Kamu tadi pergi kemana? Kenapa ninggalin
aku begitu saja?”oceh Komet dalam gendongan Meteor antara sadar dan tidak.
“Aku tak pergi kemana pun. Aku selali berada di sampingmu.” Jawab
Meteor dengan santai.
“Benarkah?”
Meteor mengangguk pasti.
Tetapi
Komet kembali pingsan setelah mendapat jawaban dari Meteor yang melegakan
dirinya.
Meteor dengan sabar menggendong Komet dan sepanjang
perjalanan Meteor tersenyum kecil.
****
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
- See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-memasang-gambar-animasi-lucu-di.html#sthash.AVdlx4AU.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar